Laporan akhir metode regulafalsi :
Listing program :
Penjelasan coding :
uses crt; untuk memulai pada program pascal
label ulang; untuk label ulang
var disini terdapat variable x1,x2,x3,y1,y2,y3 dengan tipe data real
x1,x2,x3,y1,y2,y3: real;
i : integer; nilai I adalah integer
ab : char; nilai ab adalah karakter
data1 : real; data1 adalah bilangan real
begin untuk memulai
ulang: untuk mengulang
clrscr; untuk membersihkan layar sebelum nya
writeln('Tentukan nilai akar persamaannya f(x)=x^3+x^2-3x-3=0 dengan regulafalsi'); mencetak Tentukan nilai akar persamaannya f(x)=x^3+x^2-3x-3=0 dengan regulafalsi
write('Masukkan nilai x1 = '); readln(x1); input nilai x 1 dan membaca x1
y1:= x1*x1*x1+x1*x1-3*x1-3; persamaan nya
writeln('Nilai f(x1) = ', y1:0:4); mencetak nilai f(x1) dari hasil y1
repeat untuk mengulang
begin untuk memulai program
write ('Masukkan nilai x2 ='); input nilai dari x2
readln(x2); membaca nilai dari x2
y2:= x2*x2*x2+x2*x2-3*x2-3; persamaannya
write('Nilai f(x2) = ',y2:0:4); mencetak nilai f(x2) dengan hasil dari y2
end; mengakhiri coding di atas
if (y1*y2) < 0 then jika y1*y2 < 0 maka
writeln('Syarat Nilai OK') cetak nilai ok
else tetapi jika tidak
writeln('Nilai x2 Belum sesuai '); cetak nilai belum sesuai
until y1*y2 < 0; untuk mengulang y1*y2<0
writeln; untuk mencetak kebawah
writeln ('Penyelesaian persamaan karakteristik dengan metode regulafalsi'); mencetak Penyelesaian persamaan karakteristik dengan metode regulafalsi
writeln ('--------------------------------------------------------------'); mencetak -----
writeln (' n x f(x) error '); mencetak n x f(x) error
writeln ('--------------------------------------------------------------'); mencetak -----
repeat untuk mengulang
begin untuk memulai program
i := i+1; x3 := (x2-(y2/(y2-y1))*(x2-x1)); merupakan rumus dari metode regulafalsi
y3 := x3*x3*x3+x3*x3-3*x3-3; persamaan nya
if i < 10 then jika I < 10 maka
writeln (' ',i,':',x3,':',y3,':',abs(y3),':') mencetak I,x3,y3 dan aby(y3)
else
writeln (i,':',x3,':',y3,':',abs(y3),':'); encetak I,x3,y3 dan aby(y3)
if y1*y3 < 0 then jika y1*y3 < 0 maka
begin memulai program
x2 := x3; y2 := y3;
end mengakhiri program
else
begin memulai program
x1 := x3; y1 := y3;
end; mengakhiri program
end; mengakhiri program
until abs(y3) < 1E-08; nilai abs(y3) < 1E-08
writeln ('---------------------------------------------------------------'); mencetak ---
writeln ('Akar persamaannya = ',x3); mencetak akar persamaan nya dari hasil x3
writeln ('Errornya = ',abs(y3)); mencetak erronya dari hasil abs(y3)
writeln ('---------------------------------------------------------------'); mencetak --
writeln ('Apakah anda ingin mengulangi (y/t): '); cetak apakah anda ingin mengulang
readln(ab); membaca ab
if (ab='y') or (ab='Y') then jika ab = y atau ab = Y maka
begin memulai program
goto ulang; pergi untuk mengulang
end; untuk mengakhiri
end. Untuk mengkhiri program
Penjelasan singkat :
Pada coding di atas sebelum menjalankan nya terlebih dahulu di compile untuk mengetahui apakah masih ada yg erro atau tidak, setelah itu program dapat berjalan dengan baik
Sabtu, 15 Juni 2013
Program C++ penjumlahan matrik
Program untuk penjumlahan matrik sederhana :
#include<iostream.h>
#include<conio.h>
void main (){
clrscr ();
int a[2][2];
int b[2][2];
int i,j,c;
a[1][1] = 9;
a[1][2] = 6;
a[2][1] = 3;
a[2][2] = 5;
b[1][1] = 1;
b[1][2] = 1;
b[2][1] = 1;
b[2][2] = 1;
for (i=1; i<=2; i++)
{
for (j=1; j<=2; j++)
{
c = a[i][j] + b[i][j];
cout<<" "<<c;
}
cout<<"\n";
}
getch();
}
#include<iostream.h>
#include<conio.h>
void main (){
clrscr ();
int a[2][2];
int b[2][2];
int i,j,c;
a[1][1] = 9;
a[1][2] = 6;
a[2][1] = 3;
a[2][2] = 5;
b[1][1] = 1;
b[1][2] = 1;
b[2][1] = 1;
b[2][2] = 1;
for (i=1; i<=2; i++)
{
for (j=1; j<=2; j++)
{
c = a[i][j] + b[i][j];
cout<<" "<<c;
}
cout<<"\n";
}
getch();
}
Program grade pada C++
Program Grade :
#include<iostream.h>
#include<conio.h>
main()
{
char nama[20],nim[9],*jurusan,*ket,*grade;
float na,tgs,uas,uts;
clrscr();
cout<<"masukkan nama mahasiswa :";cin>>nama;
cout<<"masukkan nim mahasiswa :";cin>>nim;
cout<<"masukkan jurusan mahasiswa :";cin>>jurusan;
cout<<"masukkan nilai Tugas :";cin>>tgs;
cout<<"masukkan nilai UTS :";cin>>uts;
cout<<"masukkan nilai UAS :";cin>>uas;
na =(0.2*tgs)+(0.3*uts)+(0.5*uas);
if (na>80)
{
ket="sangat Baik";
grade="A";
}
else if ((na>70) && (na<80))
{
ket="Baik";
grade="B";
}
else if ((na>60) && (na<70))
{
ket="cukup";
grade="C";
}
else if ((na>50) && (na<60))
{
ket="kurang";
grade="D";
}
else if ((na>20) && (na<50))
{
ket="buruk";
grade="E";
}
cout<<"\nnama mahasiswa adalah :"<<nama;
cout<<"\nnimnya adalah :"<<nim;
cout<<"\njurusannya adalah :"<<jurusan;
cout<<"\nnilai akhir mahasiswa adalah :"<<na;
cout<<"\nketerangan nialai adalah :"<<ket;
cout<<"\nketerangan nialai adalah :"<<grade;
getch();
}
#include<iostream.h>
#include<conio.h>
main()
{
char nama[20],nim[9],*jurusan,*ket,*grade;
float na,tgs,uas,uts;
clrscr();
cout<<"masukkan nama mahasiswa :";cin>>nama;
cout<<"masukkan nim mahasiswa :";cin>>nim;
cout<<"masukkan jurusan mahasiswa :";cin>>jurusan;
cout<<"masukkan nilai Tugas :";cin>>tgs;
cout<<"masukkan nilai UTS :";cin>>uts;
cout<<"masukkan nilai UAS :";cin>>uas;
na =(0.2*tgs)+(0.3*uts)+(0.5*uas);
if (na>80)
{
ket="sangat Baik";
grade="A";
}
else if ((na>70) && (na<80))
{
ket="Baik";
grade="B";
}
else if ((na>60) && (na<70))
{
ket="cukup";
grade="C";
}
else if ((na>50) && (na<60))
{
ket="kurang";
grade="D";
}
else if ((na>20) && (na<50))
{
ket="buruk";
grade="E";
}
cout<<"\nnama mahasiswa adalah :"<<nama;
cout<<"\nnimnya adalah :"<<nim;
cout<<"\njurusannya adalah :"<<jurusan;
cout<<"\nnilai akhir mahasiswa adalah :"<<na;
cout<<"\nketerangan nialai adalah :"<<ket;
cout<<"\nketerangan nialai adalah :"<<grade;
getch();
}
Program metode tabulasi
Program pascal metode tabulasi
uses crt;
label ulang;
var x,x1,x2,xa,xb,xc,y,y1,y2,ya,yb:real;
i,j,k:integer;
ab:char;
begin
ulang:
clrscr;
writeln('Tentukan akar penyelesaian dengan metode tabulasi dari f(x)=x^3-7x+1');
writeln;
write('Masukkan nilai x1 = ');
readln(x1);
y1 := x1 * x1 * x1 - 7 * x1 + 1;
writeln(' f(',x1:0:2,') = ',y1:0:4);
repeat
begin
write('Masukkan nilai x2 = ');
readln(x2);
y2 := x2 * x2 * x2 - 7 * x2 + 1;
writeln(' f(',x2:0:2,') = ',y2:0:4);
writeln;
writeln('Syarat (x1 * x2) < 0');
write('x1 * x2 = ',y1 * y2:0:5);
if (y1 * y2) < 0 then write('Nilai OK')
else write('Nilai tidak sesuai');
readln;
end;
until (y1 * y2) < 0;
clrscr;
k := 0;
repeat
begin
k := k + 1;
if x1 > x2 then
begin
xa := x1;
xb := x2;
end
else
begin
xa := x2;
xb := x1;
end;
xc := (xa - xb) / 10;
i := 0;
repeat
begin
i := i + 1;
x := xb + xc * i;
ya := x * x * x - 7 * x + 1;
yb := (x - xc) * (x - xc) * (x - xc) - 7 * (x - xc) + 1;
end;
until (ya * yb) < 0;
x1 := x;
x2 := x - xc;
writeln('Tabulasi ke-',k);
writeln('--------------------------------------------------------');
writeln('n x f(x) error ');
writeln('--------------------------------------------------------');
for j := 1 to 9 do
begin
x := xb + xc * (j - 1);
y := x * x * x - 7 * x + 1;
writeln('',j,' ::',x,' ::',y,' ::',abs(y),' ::');
end;
for j := 10 to 11 do
begin
x := xb + xc * (j - 1);
y := x * x * x - 7 * x + 1;
writeln('',j,' ::',x,' ::',y,' ::',abs(y),' ::');
end;
writeln('--------------------------------------------------------');
end;
readln;
until abs(y) < 10e - 8;
writeln('Akar pendekatannya adalah x = ',x);
writeln('Error = ',abs(y));
writeln;
write('Apakah anda ingin mengulangi? (Y/T) : ');
readln(ab);
if (ab = 'y') or (ab = 'Y') then
begin
goto ulang;
end
end.
uses crt;
label ulang;
var x,x1,x2,xa,xb,xc,y,y1,y2,ya,yb:real;
i,j,k:integer;
ab:char;
begin
ulang:
clrscr;
writeln('Tentukan akar penyelesaian dengan metode tabulasi dari f(x)=x^3-7x+1');
writeln;
write('Masukkan nilai x1 = ');
readln(x1);
y1 := x1 * x1 * x1 - 7 * x1 + 1;
writeln(' f(',x1:0:2,') = ',y1:0:4);
repeat
begin
write('Masukkan nilai x2 = ');
readln(x2);
y2 := x2 * x2 * x2 - 7 * x2 + 1;
writeln(' f(',x2:0:2,') = ',y2:0:4);
writeln;
writeln('Syarat (x1 * x2) < 0');
write('x1 * x2 = ',y1 * y2:0:5);
if (y1 * y2) < 0 then write('Nilai OK')
else write('Nilai tidak sesuai');
readln;
end;
until (y1 * y2) < 0;
clrscr;
k := 0;
repeat
begin
k := k + 1;
if x1 > x2 then
begin
xa := x1;
xb := x2;
end
else
begin
xa := x2;
xb := x1;
end;
xc := (xa - xb) / 10;
i := 0;
repeat
begin
i := i + 1;
x := xb + xc * i;
ya := x * x * x - 7 * x + 1;
yb := (x - xc) * (x - xc) * (x - xc) - 7 * (x - xc) + 1;
end;
until (ya * yb) < 0;
x1 := x;
x2 := x - xc;
writeln('Tabulasi ke-',k);
writeln('--------------------------------------------------------');
writeln('n x f(x) error ');
writeln('--------------------------------------------------------');
for j := 1 to 9 do
begin
x := xb + xc * (j - 1);
y := x * x * x - 7 * x + 1;
writeln('',j,' ::',x,' ::',y,' ::',abs(y),' ::');
end;
for j := 10 to 11 do
begin
x := xb + xc * (j - 1);
y := x * x * x - 7 * x + 1;
writeln('',j,' ::',x,' ::',y,' ::',abs(y),' ::');
end;
writeln('--------------------------------------------------------');
end;
readln;
until abs(y) < 10e - 8;
writeln('Akar pendekatannya adalah x = ',x);
writeln('Error = ',abs(y));
writeln;
write('Apakah anda ingin mengulangi? (Y/T) : ');
readln(ab);
if (ab = 'y') or (ab = 'Y') then
begin
goto ulang;
end
end.
Program regulafalsi
PROGRAM METODE NUMERIK DENGAN METODE REGULA-FALSI
uses crt;
label ulang;
var
x1,x2,x3,y1,y2,y3: real;
i : integer;
ab : char;
data1 : real;
begin
ulang:
clrscr;
writeln('Tentukan nilai akar persamaannya f(x)=x^3+x^2-3x-3=0 dengan regulafalsi');
write('Masukkan nilai x1 = '); readln(x1);
y1:= x1*x1*x1+x1*x1-3*x1-3;
writeln('Nilai f(x1) = ', y1:0:4);
repeat
begin
write ('Masukkan nilai x2 =');
readln(x2);
y2:= x2*x2*x2+x2*x2-3*x2-3;
write('Nilai f(x2) = ',y2:0:4);
end;
if (y1*y2) < 0 then
writeln('Syarat Nilai OK')
else
writeln('Nilai x2 Belum sesuai ');
until y1*y2 < 0;
writeln;
writeln ('Penyelesaian persamaan karakteristik dengan metode regulafalsi');
writeln ('--------------------------------------------------------------');
writeln (' n x f(x) error ');
writeln ('--------------------------------------------------------------');
repeat
begin
i := i+1; x3 := (x2-(y2/(y2-y1))*(x2-x1));
y3 := x3*x3*x3+x3*x3-3*x3-3;
if i < 10 then
writeln (' ',i,':',x3,':',y3,':',abs(y3),':')
else
writeln (i,':',x3,':',y3,':',abs(y3),':');
if y1*y3 < 0 then
begin
x2 := x3; y2 := y3;
end
else
begin
x1 := x3; y1 := y3;
end;
end;
until abs(y3) < 1E-08;
writeln ('---------------------------------------------------------------');
writeln ('Akar persamaannya = ',x3);
writeln ('Errornya = ',abs(y3));
writeln ('---------------------------------------------------------------');
writeln ('Apakah anda ingin mengulangi (y/t): ');
readln(ab);
if (ab='y') or (ab='Y') then
begin
goto ulang;
end;
end.
uses crt;
label ulang;
var
x1,x2,x3,y1,y2,y3: real;
i : integer;
ab : char;
data1 : real;
begin
ulang:
clrscr;
writeln('Tentukan nilai akar persamaannya f(x)=x^3+x^2-3x-3=0 dengan regulafalsi');
write('Masukkan nilai x1 = '); readln(x1);
y1:= x1*x1*x1+x1*x1-3*x1-3;
writeln('Nilai f(x1) = ', y1:0:4);
repeat
begin
write ('Masukkan nilai x2 =');
readln(x2);
y2:= x2*x2*x2+x2*x2-3*x2-3;
write('Nilai f(x2) = ',y2:0:4);
end;
if (y1*y2) < 0 then
writeln('Syarat Nilai OK')
else
writeln('Nilai x2 Belum sesuai ');
until y1*y2 < 0;
writeln;
writeln ('Penyelesaian persamaan karakteristik dengan metode regulafalsi');
writeln ('--------------------------------------------------------------');
writeln (' n x f(x) error ');
writeln ('--------------------------------------------------------------');
repeat
begin
i := i+1; x3 := (x2-(y2/(y2-y1))*(x2-x1));
y3 := x3*x3*x3+x3*x3-3*x3-3;
if i < 10 then
writeln (' ',i,':',x3,':',y3,':',abs(y3),':')
else
writeln (i,':',x3,':',y3,':',abs(y3),':');
if y1*y3 < 0 then
begin
x2 := x3; y2 := y3;
end
else
begin
x1 := x3; y1 := y3;
end;
end;
until abs(y3) < 1E-08;
writeln ('---------------------------------------------------------------');
writeln ('Akar persamaannya = ',x3);
writeln ('Errornya = ',abs(y3));
writeln ('---------------------------------------------------------------');
writeln ('Apakah anda ingin mengulangi (y/t): ');
readln(ab);
if (ab='y') or (ab='Y') then
begin
goto ulang;
end;
end.
Program metode newton rapshon
PROGRAM PASCAL METODE NUMERIK DENGAN METODE NEWTON RAPSHON
uses crt;
label ulang;
var
x,x1,y,y1,z,f,f1,f2 : real;
i : integer;
ab :char;
begin
ulang:
clrscr;
writeln('Tent. nilai akar dari persamaan f(x)=3x+sin(x)+exp x dgn Metode Newton Raphson');
write('Input x1 = ');
readln(x1);
y1:= 3 * x1 + sin (x1) - exp (x1);
f1:= 3 + cos (x1) - exp(x1);
f2:= -sin(x1) - exp (x1);
z:= (y1*f2) / (f1*f1);
writeln(' Nilai f(x1)= ',y1:0:5);
writeln(' Nilai f`(x1)= ',y1:0:5);
writeln(' Nilai f``(x1)= ',y1:0:5);
if abs (z)<1 then;
i := 1;
readln;
writeln('Penyelesaian persamaan karekteristik dengan Metode Newton Raphson');
writeln('----------------------------------------------------------------------');
writeln(' n x f(x) error ');
writeln('----------------------------------------------------------------------');
repeat
begin
i := i + 1;
x := x1 - (y1/f1);
Y := 3 * x + sin (x) - exp (x);
f := 3 + cos (x) - exp (x);
if i<10 then
writeln(i,' :: ',x,' : ',y,' ',abs(y),' :: ')
else
writeln(': ,i, :: ,x, :: ,y, :: ',abs(y),' :: ');
x1 := x;
y1 := y;
f1 := f;
end;
until abs(y) < 1E-08;
writeln('----------------------------------------------------------------------');
writeln('Akar persamaan= ',x);
writeln('Errornya=' ,abs(y));
writeln('----------------------------------------------------------------------');
writeln('Apakah anda ingin mengulangi (y/t): ');
readln(ab);
if (ab='y') or (ab='Y') then
begin
goto ulang;
end
else
end.
uses crt;
label ulang;
var
x,x1,y,y1,z,f,f1,f2 : real;
i : integer;
ab :char;
begin
ulang:
clrscr;
writeln('Tent. nilai akar dari persamaan f(x)=3x+sin(x)+exp x dgn Metode Newton Raphson');
write('Input x1 = ');
readln(x1);
y1:= 3 * x1 + sin (x1) - exp (x1);
f1:= 3 + cos (x1) - exp(x1);
f2:= -sin(x1) - exp (x1);
z:= (y1*f2) / (f1*f1);
writeln(' Nilai f(x1)= ',y1:0:5);
writeln(' Nilai f`(x1)= ',y1:0:5);
writeln(' Nilai f``(x1)= ',y1:0:5);
if abs (z)<1 then;
i := 1;
readln;
writeln('Penyelesaian persamaan karekteristik dengan Metode Newton Raphson');
writeln('----------------------------------------------------------------------');
writeln(' n x f(x) error ');
writeln('----------------------------------------------------------------------');
repeat
begin
i := i + 1;
x := x1 - (y1/f1);
Y := 3 * x + sin (x) - exp (x);
f := 3 + cos (x) - exp (x);
if i<10 then
writeln(i,' :: ',x,' : ',y,' ',abs(y),' :: ')
else
writeln(': ,i, :: ,x, :: ,y, :: ',abs(y),' :: ');
x1 := x;
y1 := y;
f1 := f;
end;
until abs(y) < 1E-08;
writeln('----------------------------------------------------------------------');
writeln('Akar persamaan= ',x);
writeln('Errornya=' ,abs(y));
writeln('----------------------------------------------------------------------');
writeln('Apakah anda ingin mengulangi (y/t): ');
readln(ab);
if (ab='y') or (ab='Y') then
begin
goto ulang;
end
else
end.
Program metode biseksi
PROGRAM PACSAL METODE NUMERIK METODE BISEKSI
uses crt;
label ulang;
var
x1,x2,x3,y1,y2,y3 : real;
i : integer;
ab : char;
begin
ulang :
clrscr;
writeln('Tentukan nilai akar dari persamaan f(x)=x^3+x^2-3x-3=0 dengan Metode Biseksi');
write( 'Masukan nilai x1 = ' );
readln( x1 );
y1 := x1 * x1 * x1 - 7 * x1 + 1;
writeln(' Nilai f(x1)= ',y1:0:4);
repeat
begin
write( 'Masukan nilai x2 = ');
readln(x2);
y2 := x2 * x2 * x2 - 7 * x2 + 1;
write(' Nilai f(x2)= ',y2:0:4);
end;
if (y1*y2)<0 then
Writeln(' Syarat Nilai Ok')
else
Writeln(' Nilai X2 Belum Sesuai');
until ( y1 * y2 ) < 0;
I :=2;
Writeln;
writeln('Penyelesaian Persamaan Dengan Metode Biseksi, Nilai x1= ',x1:0:2,' & x2= ',x2:0:2);
writeln('--------------------------------------------------------------------------');
writeln('n x f(x) error ');
writeln('--------------------------------------------------------------------------');
repeat
begin
i :=i + 1 ; x3 := ( x1 + x2) / 2;
y3 := x3 * x3 * x3 - 7 * x3 + 1;
if (i mod 10)=0 then readln;
if i<10 then
writeln(' ',i,' :: ',x3,' :: ',y3,' :: ',abs( y3 ),' ::')
else writeln(i,' :: ',x3,' :: ',y3,' :: ',abs( y3 ),' ::');
if ( y1* y3) <0 then
begin
x2 :=x3;
end else
begin
x1 := x3;
end;
end;
until abs( y3 )<1E-07;
writeln('-------------------------------------------------------------------------');
writeln('akar persamaanya = ',x3);
writeln('errornya =',abs( y3 ));
writeln('-------------------------------------------------------------------------');
write('Apakah anda ingin mengulanginya (y/t): ');
readln(ab);
if (ab='y') or (ab='Y') then
begin
goto ulang;
end
end.
uses crt;
label ulang;
var
x1,x2,x3,y1,y2,y3 : real;
i : integer;
ab : char;
begin
ulang :
clrscr;
writeln('Tentukan nilai akar dari persamaan f(x)=x^3+x^2-3x-3=0 dengan Metode Biseksi');
write( 'Masukan nilai x1 = ' );
readln( x1 );
y1 := x1 * x1 * x1 - 7 * x1 + 1;
writeln(' Nilai f(x1)= ',y1:0:4);
repeat
begin
write( 'Masukan nilai x2 = ');
readln(x2);
y2 := x2 * x2 * x2 - 7 * x2 + 1;
write(' Nilai f(x2)= ',y2:0:4);
end;
if (y1*y2)<0 then
Writeln(' Syarat Nilai Ok')
else
Writeln(' Nilai X2 Belum Sesuai');
until ( y1 * y2 ) < 0;
I :=2;
Writeln;
writeln('Penyelesaian Persamaan Dengan Metode Biseksi, Nilai x1= ',x1:0:2,' & x2= ',x2:0:2);
writeln('--------------------------------------------------------------------------');
writeln('n x f(x) error ');
writeln('--------------------------------------------------------------------------');
repeat
begin
i :=i + 1 ; x3 := ( x1 + x2) / 2;
y3 := x3 * x3 * x3 - 7 * x3 + 1;
if (i mod 10)=0 then readln;
if i<10 then
writeln(' ',i,' :: ',x3,' :: ',y3,' :: ',abs( y3 ),' ::')
else writeln(i,' :: ',x3,' :: ',y3,' :: ',abs( y3 ),' ::');
if ( y1* y3) <0 then
begin
x2 :=x3;
end else
begin
x1 := x3;
end;
end;
until abs( y3 )<1E-07;
writeln('-------------------------------------------------------------------------');
writeln('akar persamaanya = ',x3);
writeln('errornya =',abs( y3 ));
writeln('-------------------------------------------------------------------------');
write('Apakah anda ingin mengulanginya (y/t): ');
readln(ab);
if (ab='y') or (ab='Y') then
begin
goto ulang;
end
end.
Implikasi Manajerial desain dan struktur organisasi
Desain organisasi yang efektif tidak dapat berpedoman pada teori sebagai satu cara terbaik melainkan manajer harus menerima sudut pandang bahwa desain mekanistik atau desain organik lebih efektif bagi organisasi atau sub-sub untit di dalamnya.
Desain struktur subunit didesain sesuai dengan kontinu mekanistik organik dengan cara yang konsisten dengan keadaan kondisi lingkungan, khususnya laju perubahan yamg lebih lambat, ketidakpastian yg lebih besar dan rentang waktu balikan yang lebih singkat sesuai demgam desain mekanistik.
Desain teknik integratif tekhnik yang cocok, apakah peraturan, perencanaan atau penyesuaian bersama, bergantung pada tingkat diferensiasi sub-unit. Semakin besar diferensiasinya semakin besar perlunya peraturan dan perencanaan.
4. IMPLIKASI MANAJERIAL DESAIN DAN STRUKTUR ORGANISASI
Dapat menghasilkan struktur atau susunan yang berkualitas didalam suatu organisasi, karena ada teori yang mengatakan posisi adalah kualitas maka setiap orang yang menempati posisi yang ia kuasai dalam suatu organisasi akan menghasilkan kontribusi besar dalam suatu organisasi tersebut. itulah alasan mengapa diperlukan implikasi manajerial desan dan struktur organisasi
Desain struktur subunit didesain sesuai dengan kontinu mekanistik organik dengan cara yang konsisten dengan keadaan kondisi lingkungan, khususnya laju perubahan yamg lebih lambat, ketidakpastian yg lebih besar dan rentang waktu balikan yang lebih singkat sesuai demgam desain mekanistik.
Desain teknik integratif tekhnik yang cocok, apakah peraturan, perencanaan atau penyesuaian bersama, bergantung pada tingkat diferensiasi sub-unit. Semakin besar diferensiasinya semakin besar perlunya peraturan dan perencanaan.
4. IMPLIKASI MANAJERIAL DESAIN DAN STRUKTUR ORGANISASI
Dapat menghasilkan struktur atau susunan yang berkualitas didalam suatu organisasi, karena ada teori yang mengatakan posisi adalah kualitas maka setiap orang yang menempati posisi yang ia kuasai dalam suatu organisasi akan menghasilkan kontribusi besar dalam suatu organisasi tersebut. itulah alasan mengapa diperlukan implikasi manajerial desan dan struktur organisasi
Model-model desain organisasi
Desain organisasi dikaitkan dengan pengambilan keputusan manajerial yang menentukan struktur dan proses yang mengkoordinasikan dan mengendalikan pekerjaan organisasi. Hasil keputusan desain organisasi adalah suatu sistem pekerjaan dan pengelompokkan kerja termasuk proses yang melingkarinya. Desain organisasi telah menjadi inti kerja manajerial karena usaha-usaha sebelumnya untuk mengembangkan teori manajemen. Cara manajemen mendesain organisasi harus mengingat dimensi struktur organisasi tersebut. Manajer harus mempertimbangkan sejumlah faktor ketika mendesain organisasi, diantaranya adalah teknologi, sifat kerja itu sendiri, karakteristik orang yang melakukan kerja, tuntutan lingkungan organisasi, dan keseluruhan strategi yang dipilih organisasi untuk berhubungan dengan lingkungan.
Model desain organisasi dibagi menjadi :
Desain Organisasi Mekanistik
Desain organisasi ini merupakan organisasi yang menekankan pada kepentingan pencapaian produksi yang tinggi dan efisien melalui penggunaan aturan dan prosedur yang ekstensif, sentralisasi wewenang, dan spesialisasi tenaga kerja yang tinggi. Fungsi manajemen organisasi menurut Henri Fayol yang relevan dalam memahami model mekanistik ada 4 yaitu Prinsip spesialisasi, prinsip kesatuan arah, prinsip wewenang dan tanggung jawab, dan prinsip rantai berjenjang. Model mekanistik mencapai tingkat produksi dan efisiensi yang tinggi dengan karakteristik :
Sangat kompleks karena menekankan pada spesialisasi tenaga kerja.
Sangat tersentralisasi karena menekankan pada wewenang dan tanggung gugat (accountability).
Sangat formal karena menekankan pada fungsi sebagai dasar departemen.
Desain Organisasi Organik
Desain organisasi ini merupakan organisasi yang menekankan pada pentingnya mencapai keadaptasian dan perkembangan tingkat tinggi. Desain organisasi ini kurang mengandalkan peraturan dan prosedur, wewenang yang disentralisasikan atau spesialisasi yang tinggi. Model organik dari desain organisasi berada dalam posisi yang bertentangan dengan model mekanistik berkaitan dengan perbedaan karakteristik organisasi. Perbedaan yang sangat nyata antara dua model adalah konsekuensi dari perbedaan kriteria efektivitas yang masing-masing berupaya mencapai maksimalisasi. Sementara model mekanistik memaksimalkan efisiensi dan produksi, model organik memaksimalkan kepuasan fleksibilitas dan pengembangan.
Organisasi organik fleksibel terhadap perubahan tuntutan lingkungan karena desain organisasi organik mendorong pemanfaatan yang lebih besar dari potensi manusia. Pengambilan keputusan, pengendalian, dan proses penetapan sasaran desentralisasi dan disebarkan pada semua tingkat organisasi.
Model desain organisasi dibagi menjadi :
Desain Organisasi Mekanistik
Desain organisasi ini merupakan organisasi yang menekankan pada kepentingan pencapaian produksi yang tinggi dan efisien melalui penggunaan aturan dan prosedur yang ekstensif, sentralisasi wewenang, dan spesialisasi tenaga kerja yang tinggi. Fungsi manajemen organisasi menurut Henri Fayol yang relevan dalam memahami model mekanistik ada 4 yaitu Prinsip spesialisasi, prinsip kesatuan arah, prinsip wewenang dan tanggung jawab, dan prinsip rantai berjenjang. Model mekanistik mencapai tingkat produksi dan efisiensi yang tinggi dengan karakteristik :
Sangat kompleks karena menekankan pada spesialisasi tenaga kerja.
Sangat tersentralisasi karena menekankan pada wewenang dan tanggung gugat (accountability).
Sangat formal karena menekankan pada fungsi sebagai dasar departemen.
Desain Organisasi Organik
Desain organisasi ini merupakan organisasi yang menekankan pada pentingnya mencapai keadaptasian dan perkembangan tingkat tinggi. Desain organisasi ini kurang mengandalkan peraturan dan prosedur, wewenang yang disentralisasikan atau spesialisasi yang tinggi. Model organik dari desain organisasi berada dalam posisi yang bertentangan dengan model mekanistik berkaitan dengan perbedaan karakteristik organisasi. Perbedaan yang sangat nyata antara dua model adalah konsekuensi dari perbedaan kriteria efektivitas yang masing-masing berupaya mencapai maksimalisasi. Sementara model mekanistik memaksimalkan efisiensi dan produksi, model organik memaksimalkan kepuasan fleksibilitas dan pengembangan.
Organisasi organik fleksibel terhadap perubahan tuntutan lingkungan karena desain organisasi organik mendorong pemanfaatan yang lebih besar dari potensi manusia. Pengambilan keputusan, pengendalian, dan proses penetapan sasaran desentralisasi dan disebarkan pada semua tingkat organisasi.
Departementalisasi
1. Pengertian Departementalisasi
Departementalisasi adalah proses penentuan cara bagaimana kegiatan yang dikelompokkan. Beberapa bentuk departementalisasi sebagai berikut :
1. Fungsi
2. Produk atau jasa
3. Wilayah
4. Langganan
5. Proses atau peralatan
6. Waktu
7. Pelayanan
8. Alpa – numeral
9. Proyek atau matriks
2. Departementalisasi Fungsional
Departentalisasi fungsional mengelompokkan fungsi – fungsi yang sama atau kegiatan – kegiatan sejenis untuk membentuk suatu satuan organisasi.
Organisasi fungsional ini barangkali merupakan bentuk yang paling umum dan bentuk dasar departementalisasi. kebaikan utama pendekatan fungsional adalah bahwa pendekatan ini menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi- funsi utama, menciptakan efisiensi melalui spesialisasi, memusatkan keahlian organisasi dan memungkinkan pegawai manajemen kepuncak lebih ketat terhadap fungsi-fungsi.
pendekatan fungsional mempunyai berbagi kelemahan. struktur fungsional dapat menciptakan konflik antar fungsi-fungsi, menyebabkan kemacetan-kemacetan pelaksanaan tugas yang berurutan pada kepentingan tugas-tugasnya, dan menyebabkan para anggota berpandangan lebih sempit serta kurang inofatif.
3 . Departementalisasi Divisional
Organisasi Divisional dapat mengikuti pembagian divisi-divisi atas dasar produk, wilayah (geografis), langganan, dan proses atau peralatan.
Struktur organisasi divisional atas dasar produk. setiap departemen bertanggung jawab atas suatu produk atau sekumpulan produk yang berhubungan (garis produk). Divisionalisasi produk adalah pola logika yang dapat diikuti bila jenis-jenis produk mempunyai teknologi pemrosesan dan metoda-metoda pemasaran yang sangat berbeda satu dengan yang lain dalam organisasi.
Sturktur organisasi divisional atas dasar wilayah. Departementalisasi wilayah , kadang-kadang juga disebut depertementalisasi daerah , regional atau geografis , adalah pengelompokkan kegiatan-kegiatan menurut tempat dimana operasi berlokasi atau dimana satuan-satuan organisasi menjalankan usahanya.
Kebaikan-kebaikan struktur organisasi divisional dapat diperinci sebagai berikut :
1. Meletakkan koordinasi dan wewenang yang diperlukan pada tingkat yang sesuai bagi pemberian tanggapan yang cepat.
2. Menempatkan pengembangan dan implementasi strategi dekat dengan lingkungan divisi yang khas.
3. Tempat latihan yang baik bagi para manager strategik.
Kelemahah-kelemahan sturktur divisional secara lebih terperinci :
1. Masalah duplikasi sumberdaya dan peralatan yang tidak perlu.
2. Dapat menimbulkan tidak konsistennya kebijakan antara divisi-divisi
Perusahaan yang melekukan departentalisasi diuntungkan dengan pembagian control dan koordinasi pada perusahaan tersebut. Wilayah kekuasaan dan tanggung jawab dipersempit sehingga untuk memimpinnya menjadi lebih mudah.
Departementalisasi sendiri dibagi atas beberapa macam yaitu :
1. Departementalisasi berdasarkan pelanggan
Maksudnya perusahaan akan melakukan pembagian penjualan produk ke pelanggan,biasanya ada yang bagian produk laki-laki ataupun perempuan atau tua dan muda. Contohnya adalah pembagian penjualan produk Rexona ada pembagian untuk produk remaja, laki-laki , perempuan ataupun yang xtra berkeringat. Dengan dilakukannya pembagian ini penjualan akan lebih tepat sasaran dan efisien
2. Departementalisasi berdasarkan produk
Maksudnya perusahaan akan mengelompokan departemen sesuai dengan kelompok produk yang dihasilkan misalkannya pembagian departeman barang untuk mengurusi produksi produk berupa barang dan departemen jasa untuk menangani produk yang berupa jasa
3. Departementalisasi berdasarkan proses Maksudnya pembagian departemen berdasrkan proses pengkerjaannya, misalnya pada perusahaan meubel dibagi atas divisi untuk pengolahan kayu mentah, divisi pembuatan kursi atau meubel kemudian divisi pengecatan
4. Departementalisasi berdasarkan geografis
Maksudnya pembagian departeman berdasarkan lokasi penjualan produk misalnya departemen yang mengawasi di jawa dan Bali, di Kalimantan maupun di Sumatara
5. Departementalisasi berdasarkan fungsi
Maksudnya pembagian departemann berdasarkan aktifitas perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, misalnya departemen produksi, departemen penjualan, departemen pemasaran dan lain-lain
Setelah melakukan pembagian tugas, maka yang harus dilakukan adalah menetapkan hierarki pengambilan keputusan. Bagaimana dalam perusahaan perusahaan yang besar diperlukan cara penentuan pengambilaan keputusan karena tidak mungkin seorang presiden direktur melakukan pengambilan keputusan pada suatu masalah di cabang daerah. Oleh sebab itu maka dibentuklah tingkatan-tingkatan pada organisasi yang mana di tiap tingkatan tersebut terdapat seorang manajer yang dapat memberikan keputusan dan dapat bertanggung jawab kepada pemimpin di atasnya. Sehingga para menajer tersebut memiliki kewenagan untuk melakukan tugas atau misi yang direncanakan oleh organisasi atau perusahaan namun manajer tersebut juga boleh melakukan inovasi-inovasi agar divisi dipimpinnya dapat berkembang dengan syarat harus sesuia dengan misi perusahaan, misalnya BNI 46 mempunyai bebarapa manajer yang mengawasi divisinya. Ada yang mengurusi cabang provinsi maupun cabang-cabang pada kota maupun kabupaten setiap manajer di kota tersebut memiliki kekuasaan untuk memutuskan apabila ada masalah dalam cabang tersebut namun apabila masalah tersebut terlalu besar (berdasarkan survey yang saya lakukan waktu semester lalu) dapat dilaporkan ke pusat misalnya adalah peminjaman uang yang terlalu besar. Maka manajer cabang akan menghubungi kantor cabang provinsi atau pusat terlebih dahulu
Selain itu untuk melakukan pengorganisasian yang baik diperlukan komunikasi yang baik antar kantor cabang di adakan rapat antar kantor cabang yang membicarakan masalah-masalah yang ada pada tiap divisi maupun pada kantor cabang selain itu pada rapat ini sebagai tempat untuk memberiakan pengarahan ataupun misi kepada para manajer pimpinan cabang maupun divisi untuk dapat mengembangkan divisi atau cabangnya.
Departementalisasi adalah proses penentuan cara bagaimana kegiatan yang dikelompokkan. Beberapa bentuk departementalisasi sebagai berikut :
1. Fungsi
2. Produk atau jasa
3. Wilayah
4. Langganan
5. Proses atau peralatan
6. Waktu
7. Pelayanan
8. Alpa – numeral
9. Proyek atau matriks
2. Departementalisasi Fungsional
Departentalisasi fungsional mengelompokkan fungsi – fungsi yang sama atau kegiatan – kegiatan sejenis untuk membentuk suatu satuan organisasi.
Organisasi fungsional ini barangkali merupakan bentuk yang paling umum dan bentuk dasar departementalisasi. kebaikan utama pendekatan fungsional adalah bahwa pendekatan ini menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi- funsi utama, menciptakan efisiensi melalui spesialisasi, memusatkan keahlian organisasi dan memungkinkan pegawai manajemen kepuncak lebih ketat terhadap fungsi-fungsi.
pendekatan fungsional mempunyai berbagi kelemahan. struktur fungsional dapat menciptakan konflik antar fungsi-fungsi, menyebabkan kemacetan-kemacetan pelaksanaan tugas yang berurutan pada kepentingan tugas-tugasnya, dan menyebabkan para anggota berpandangan lebih sempit serta kurang inofatif.
3 . Departementalisasi Divisional
Organisasi Divisional dapat mengikuti pembagian divisi-divisi atas dasar produk, wilayah (geografis), langganan, dan proses atau peralatan.
Struktur organisasi divisional atas dasar produk. setiap departemen bertanggung jawab atas suatu produk atau sekumpulan produk yang berhubungan (garis produk). Divisionalisasi produk adalah pola logika yang dapat diikuti bila jenis-jenis produk mempunyai teknologi pemrosesan dan metoda-metoda pemasaran yang sangat berbeda satu dengan yang lain dalam organisasi.
Sturktur organisasi divisional atas dasar wilayah. Departementalisasi wilayah , kadang-kadang juga disebut depertementalisasi daerah , regional atau geografis , adalah pengelompokkan kegiatan-kegiatan menurut tempat dimana operasi berlokasi atau dimana satuan-satuan organisasi menjalankan usahanya.
Kebaikan-kebaikan struktur organisasi divisional dapat diperinci sebagai berikut :
1. Meletakkan koordinasi dan wewenang yang diperlukan pada tingkat yang sesuai bagi pemberian tanggapan yang cepat.
2. Menempatkan pengembangan dan implementasi strategi dekat dengan lingkungan divisi yang khas.
3. Tempat latihan yang baik bagi para manager strategik.
Kelemahah-kelemahan sturktur divisional secara lebih terperinci :
1. Masalah duplikasi sumberdaya dan peralatan yang tidak perlu.
2. Dapat menimbulkan tidak konsistennya kebijakan antara divisi-divisi
Perusahaan yang melekukan departentalisasi diuntungkan dengan pembagian control dan koordinasi pada perusahaan tersebut. Wilayah kekuasaan dan tanggung jawab dipersempit sehingga untuk memimpinnya menjadi lebih mudah.
Departementalisasi sendiri dibagi atas beberapa macam yaitu :
1. Departementalisasi berdasarkan pelanggan
Maksudnya perusahaan akan melakukan pembagian penjualan produk ke pelanggan,biasanya ada yang bagian produk laki-laki ataupun perempuan atau tua dan muda. Contohnya adalah pembagian penjualan produk Rexona ada pembagian untuk produk remaja, laki-laki , perempuan ataupun yang xtra berkeringat. Dengan dilakukannya pembagian ini penjualan akan lebih tepat sasaran dan efisien
2. Departementalisasi berdasarkan produk
Maksudnya perusahaan akan mengelompokan departemen sesuai dengan kelompok produk yang dihasilkan misalkannya pembagian departeman barang untuk mengurusi produksi produk berupa barang dan departemen jasa untuk menangani produk yang berupa jasa
3. Departementalisasi berdasarkan proses Maksudnya pembagian departemen berdasrkan proses pengkerjaannya, misalnya pada perusahaan meubel dibagi atas divisi untuk pengolahan kayu mentah, divisi pembuatan kursi atau meubel kemudian divisi pengecatan
4. Departementalisasi berdasarkan geografis
Maksudnya pembagian departeman berdasarkan lokasi penjualan produk misalnya departemen yang mengawasi di jawa dan Bali, di Kalimantan maupun di Sumatara
5. Departementalisasi berdasarkan fungsi
Maksudnya pembagian departemann berdasarkan aktifitas perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, misalnya departemen produksi, departemen penjualan, departemen pemasaran dan lain-lain
Setelah melakukan pembagian tugas, maka yang harus dilakukan adalah menetapkan hierarki pengambilan keputusan. Bagaimana dalam perusahaan perusahaan yang besar diperlukan cara penentuan pengambilaan keputusan karena tidak mungkin seorang presiden direktur melakukan pengambilan keputusan pada suatu masalah di cabang daerah. Oleh sebab itu maka dibentuklah tingkatan-tingkatan pada organisasi yang mana di tiap tingkatan tersebut terdapat seorang manajer yang dapat memberikan keputusan dan dapat bertanggung jawab kepada pemimpin di atasnya. Sehingga para menajer tersebut memiliki kewenagan untuk melakukan tugas atau misi yang direncanakan oleh organisasi atau perusahaan namun manajer tersebut juga boleh melakukan inovasi-inovasi agar divisi dipimpinnya dapat berkembang dengan syarat harus sesuia dengan misi perusahaan, misalnya BNI 46 mempunyai bebarapa manajer yang mengawasi divisinya. Ada yang mengurusi cabang provinsi maupun cabang-cabang pada kota maupun kabupaten setiap manajer di kota tersebut memiliki kekuasaan untuk memutuskan apabila ada masalah dalam cabang tersebut namun apabila masalah tersebut terlalu besar (berdasarkan survey yang saya lakukan waktu semester lalu) dapat dilaporkan ke pusat misalnya adalah peminjaman uang yang terlalu besar. Maka manajer cabang akan menghubungi kantor cabang provinsi atau pusat terlebih dahulu
Selain itu untuk melakukan pengorganisasian yang baik diperlukan komunikasi yang baik antar kantor cabang di adakan rapat antar kantor cabang yang membicarakan masalah-masalah yang ada pada tiap divisi maupun pada kantor cabang selain itu pada rapat ini sebagai tempat untuk memberiakan pengarahan ataupun misi kepada para manajer pimpinan cabang maupun divisi untuk dapat mengembangkan divisi atau cabangnya.
Dimensi struktur organisasi
Kompleksitas merujuk pada tingkat diferensiasi yang ada di dalam sebuah organisasi. Diferensiasi horisontal mempertimbangkan tingkat pemisahan horisontal di antara unit-unit. Diferensiasi vertikal merujuk pada kedalaman hierarki organisasi. Diferensiasi spasial meliputi tingkat sejauh mana lokasi fasilitas dan para pegawai organisasi tersebar secara geografis. Peningkatan pada masalah satu dari ketiga faktor tersebut akan meningkatkan kompleksitas sebuah organisasi.
Diferensiasi horisontal
Diferensiasi horisontal merujuk pada tingkat diferensiasi antara unit-unit berdasarkan orientasi para anggotanya, sifat dari tugas yang meeka laksanakan, dan tingkat pendidikan serta pelatihannya.
Diferensiasi vertikal
Diferensiasi vertikal merujuk pada kedalaman struktur. Diferensiasi meningkat, demikian pula kompleksitasnya karena jumlah tingkatan hierarki di dalam organisasi bertambah. Makin banyak tingkatan yang terdapat di antara top management dan tingkat yang paling rendah, maka makin besar pula potensi terjadinya distorsi dalam komunikasi, dan makin sulit mengkoordinasi pengambilan keputusan dari pegawai manajerial, serta makin sukar bagi top management untuk mengawasi kegiatan bawahannya.
Diferensiasi spasial
Diferensiasi spasial merujuk pada tingkat sejauh mana lokasi dari kantor, pabrik, dan personalia sebagai sebuah organisasi tersebar secara geografis. Diferensiasi spasial dapat dilihat sebagai perluasan dari dimensi dan dan diferensiasi horizontal dan vertikal. Artinya, adalah mungkin untuk memisahkan tugas dan pusat kekuasaan secara geografis. Pemisahan ini mencakup penyebaran jumlah maupun jarak.
Formalisasi
Formalisasi merujuk pada tingkat sejauh mana pekerjaan di dalam organisasi itu distandardisasikan. Jika formalisasi rendah, perilaku para pegawai relatif tidak terprogram. Karena kebijakan dari seseorang di dalam pekerjaannya berbanding terbalik dengan jumlah perilaku yang diprogramkan lebih dahulu oleh organisasi, maka makin besar standardisasi, makin sedikit pula jumlah masukan mengenai bagaiman suatu pekerjaan harus dilakukan oleh seorang pegawai. Standardisasi bukan hanya menghilangkan kemungkinan para pegawai untuk berperilaku secar lain, tetapi juag menghilangkan kebutuhan bagi para pegawai untuk mempertimbangkan aternatif.
Sentralisasi
Sentralisasi adalah yang paling problematis dari ketiga komponen. Sentralisasi dinyatakan sebagai sejauh mana kekuasaan formal dapat membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan dikonsentrasikan pada satu individu, sebuah unit, atau suatu tingkat (biasanya pada tingkat tinggi dalam organisasi), dengan demikian pegawai (biasanya berada di bagian bawah organisasi) hanya memperoleh masukan yang minim dalam pekerjaan mereka. Istilah sentralisasi merujuk kepada tingkat dimana pengambilan keputusan dikonsentrasikan pada suatu titik tunggal di dalam organisasi. Konsentrasi yang tinggi menyatakan adanya spesialisasi yang tinggi, sedangkan konsentrasi yang rendah menunjukkan adanya desentralisasi. Tingkat kontrol yang dimiliki seseorang dalam seluruh proses pengambilan keputusan dapat digunakan sebagai sebuah ukuran mengenai sentralisasi. Kelima langkah dalam proses pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: mengumpulkan informasi untuk diteruskan kepada pengambil keputusan mengenai apa yang dapat dilakukan; memproses dan menginterpretasikan informasi tersebut untuk memberi saran kepada pembuat keputusan mengenai apa yang harus dilakukan; membuat pilihan mengenai apa yang hendak dilakukan; memberi wewenang kepada orang lain mengenai apa yang hendak dilakukan.
Diferensiasi horisontal
Diferensiasi horisontal merujuk pada tingkat diferensiasi antara unit-unit berdasarkan orientasi para anggotanya, sifat dari tugas yang meeka laksanakan, dan tingkat pendidikan serta pelatihannya.
Diferensiasi vertikal
Diferensiasi vertikal merujuk pada kedalaman struktur. Diferensiasi meningkat, demikian pula kompleksitasnya karena jumlah tingkatan hierarki di dalam organisasi bertambah. Makin banyak tingkatan yang terdapat di antara top management dan tingkat yang paling rendah, maka makin besar pula potensi terjadinya distorsi dalam komunikasi, dan makin sulit mengkoordinasi pengambilan keputusan dari pegawai manajerial, serta makin sukar bagi top management untuk mengawasi kegiatan bawahannya.
Diferensiasi spasial
Diferensiasi spasial merujuk pada tingkat sejauh mana lokasi dari kantor, pabrik, dan personalia sebagai sebuah organisasi tersebar secara geografis. Diferensiasi spasial dapat dilihat sebagai perluasan dari dimensi dan dan diferensiasi horizontal dan vertikal. Artinya, adalah mungkin untuk memisahkan tugas dan pusat kekuasaan secara geografis. Pemisahan ini mencakup penyebaran jumlah maupun jarak.
Formalisasi
Formalisasi merujuk pada tingkat sejauh mana pekerjaan di dalam organisasi itu distandardisasikan. Jika formalisasi rendah, perilaku para pegawai relatif tidak terprogram. Karena kebijakan dari seseorang di dalam pekerjaannya berbanding terbalik dengan jumlah perilaku yang diprogramkan lebih dahulu oleh organisasi, maka makin besar standardisasi, makin sedikit pula jumlah masukan mengenai bagaiman suatu pekerjaan harus dilakukan oleh seorang pegawai. Standardisasi bukan hanya menghilangkan kemungkinan para pegawai untuk berperilaku secar lain, tetapi juag menghilangkan kebutuhan bagi para pegawai untuk mempertimbangkan aternatif.
Sentralisasi
Sentralisasi adalah yang paling problematis dari ketiga komponen. Sentralisasi dinyatakan sebagai sejauh mana kekuasaan formal dapat membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan dikonsentrasikan pada satu individu, sebuah unit, atau suatu tingkat (biasanya pada tingkat tinggi dalam organisasi), dengan demikian pegawai (biasanya berada di bagian bawah organisasi) hanya memperoleh masukan yang minim dalam pekerjaan mereka. Istilah sentralisasi merujuk kepada tingkat dimana pengambilan keputusan dikonsentrasikan pada suatu titik tunggal di dalam organisasi. Konsentrasi yang tinggi menyatakan adanya spesialisasi yang tinggi, sedangkan konsentrasi yang rendah menunjukkan adanya desentralisasi. Tingkat kontrol yang dimiliki seseorang dalam seluruh proses pengambilan keputusan dapat digunakan sebagai sebuah ukuran mengenai sentralisasi. Kelima langkah dalam proses pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: mengumpulkan informasi untuk diteruskan kepada pengambil keputusan mengenai apa yang dapat dilakukan; memproses dan menginterpretasikan informasi tersebut untuk memberi saran kepada pembuat keputusan mengenai apa yang harus dilakukan; membuat pilihan mengenai apa yang hendak dilakukan; memberi wewenang kepada orang lain mengenai apa yang hendak dilakukan.
Implikasi manajerial kepemimpinan dalam organisasi
Teori Managerial Grid
Teori dikemukakan oleh Robert K. Blake dan Jane S. Mouton yang membedakan dua dimensi dalam kepemimpinan, yaitu “concern for people” dan “concern for production”. Pada dasarnya teorimanagerial grid ini mengenal lima gaya kepemimpinan yang didasarkan atas dua aspek tersebut, yaitu :
Improvised artinya pemimpin menggunakan usaha yang paling sedikit untuk menyelesaikan tugas tertentu dan hal ini dianggap cukup untuk mempertahankan organisasi.
Country Club artinya kepemimpinann didasarkan kepada hubungan informal antara individu artinya perhatian akan kebutuhan individu dengan persahabatan dan menimbulkan suasana organisasi dan tempo kerja yang nyaman dan ramah.
Team yaitu kepemimpinan yang didasarkan bahwa keberhasilan suatu organisasi tergantung kepada hasil kerja sejumlah individu yang penuh dengan pengabdian dan komitmen. Tekanan untama terletak pada kepemimpinan kelompok yang satu sama lain saling memerlukan. Dasar dari kepemimpinan kelompok ini adalah kepercayaan dan penghargaan.
Task artinya pemimpin memandang efisiensi kerja sebagai factor utama keberhasilan organisasi. Penampilan terletak pada penampilan individu dalam organisasi.
Midle Road artinya kepemimpinan yang menekankan pada tingkat keseimbangan antara tugas dan hubungan manusiawi , dengan kata lain kinerja organisasi yang mencukupi dimungkinkan melalui penyeimbangan kebutuhan untuk bekerja dengan memelihara moral individu pada tingkat yang memuaskan.
Implikasi Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi
Dalam teori manajerial grid terdapat dua orientasi yang dijadikan ukuran yaitu berfokus pada manusia dan pada tugas. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya hubungan antar individu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepada bawahan. Sebagai seorang pemimpin, bertugas memberikan arahan serta bimbingan terhadap bawahannya, sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Implikasi teori ini terhadap system komunikasi organisasi adalah bahwa teori ini memandang pentingnya komunikasi dalam menjalankan kepemimpinan dengan lima gaya yang berbeda dari para pemimpin. Adanya orientasi terhadap dua aspek tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam organisasi harus memperhatikan hubungan antar individu satu dengan lainnya sebagai motivasi dalam mengerjakan tugas. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu terjun diberbagai kalangan baik itu dengan para pimpinan lainnya, maupun dengan bawahan sebagai asset berharga organisasi. Semua ini terjalin apbila pemimpin tersebut memiliki pendekatan perilaku yang baik. Hal ini membutuhkan komunikasi yang efektif.
Menurut Blake dan Mouton, gaya kepemimpinan team merupakan gaya kepemimpinan yang paling disukai. Kepemimpinan gaya ini berdasarkan integrasi dari dua kepentingan yaitu pekerjaan dan manusia. Pada umumnya, kepemimpinan gaya team berasumsi bahwa orang akan menghasilkan sesuatu apabila mereka memperoleh kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang berarti. Selain itu, dalam kepemimpinan gaya team terdapat kesepkatan untuk melibatkan anggota organisasi dalam pengambilan keputusan dengan maksud mempergunakan kemampuan mereka untuk memperoleh hasil yang terbaik yang mungkin dapat dicapai.
sumber:
http://nenkiemas.wordpress.com/2011/09/25/implikasi-teori-kepemimpinan-terhadap-pengembangan-sistem-komunikasi-organisasi-2/
Teori dikemukakan oleh Robert K. Blake dan Jane S. Mouton yang membedakan dua dimensi dalam kepemimpinan, yaitu “concern for people” dan “concern for production”. Pada dasarnya teorimanagerial grid ini mengenal lima gaya kepemimpinan yang didasarkan atas dua aspek tersebut, yaitu :
Improvised artinya pemimpin menggunakan usaha yang paling sedikit untuk menyelesaikan tugas tertentu dan hal ini dianggap cukup untuk mempertahankan organisasi.
Country Club artinya kepemimpinann didasarkan kepada hubungan informal antara individu artinya perhatian akan kebutuhan individu dengan persahabatan dan menimbulkan suasana organisasi dan tempo kerja yang nyaman dan ramah.
Team yaitu kepemimpinan yang didasarkan bahwa keberhasilan suatu organisasi tergantung kepada hasil kerja sejumlah individu yang penuh dengan pengabdian dan komitmen. Tekanan untama terletak pada kepemimpinan kelompok yang satu sama lain saling memerlukan. Dasar dari kepemimpinan kelompok ini adalah kepercayaan dan penghargaan.
Task artinya pemimpin memandang efisiensi kerja sebagai factor utama keberhasilan organisasi. Penampilan terletak pada penampilan individu dalam organisasi.
Midle Road artinya kepemimpinan yang menekankan pada tingkat keseimbangan antara tugas dan hubungan manusiawi , dengan kata lain kinerja organisasi yang mencukupi dimungkinkan melalui penyeimbangan kebutuhan untuk bekerja dengan memelihara moral individu pada tingkat yang memuaskan.
Implikasi Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi
Dalam teori manajerial grid terdapat dua orientasi yang dijadikan ukuran yaitu berfokus pada manusia dan pada tugas. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya hubungan antar individu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepada bawahan. Sebagai seorang pemimpin, bertugas memberikan arahan serta bimbingan terhadap bawahannya, sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Implikasi teori ini terhadap system komunikasi organisasi adalah bahwa teori ini memandang pentingnya komunikasi dalam menjalankan kepemimpinan dengan lima gaya yang berbeda dari para pemimpin. Adanya orientasi terhadap dua aspek tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam organisasi harus memperhatikan hubungan antar individu satu dengan lainnya sebagai motivasi dalam mengerjakan tugas. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu terjun diberbagai kalangan baik itu dengan para pimpinan lainnya, maupun dengan bawahan sebagai asset berharga organisasi. Semua ini terjalin apbila pemimpin tersebut memiliki pendekatan perilaku yang baik. Hal ini membutuhkan komunikasi yang efektif.
Menurut Blake dan Mouton, gaya kepemimpinan team merupakan gaya kepemimpinan yang paling disukai. Kepemimpinan gaya ini berdasarkan integrasi dari dua kepentingan yaitu pekerjaan dan manusia. Pada umumnya, kepemimpinan gaya team berasumsi bahwa orang akan menghasilkan sesuatu apabila mereka memperoleh kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang berarti. Selain itu, dalam kepemimpinan gaya team terdapat kesepkatan untuk melibatkan anggota organisasi dalam pengambilan keputusan dengan maksud mempergunakan kemampuan mereka untuk memperoleh hasil yang terbaik yang mungkin dapat dicapai.
sumber:
http://nenkiemas.wordpress.com/2011/09/25/implikasi-teori-kepemimpinan-terhadap-pengembangan-sistem-komunikasi-organisasi-2/
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan
Hadari (2003;70) menjelaskan bahwa unsur-unsur dalam kepemimpinan adalah
1. Adanya seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebut pemimpin (leader).
2. Adanya orang lain yang dipimpin
3. Adanya kegiatan yang menggerakkan orang lain yang dilakukan dengan mempengaruhi dan pengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya
4. Adanya tujuan yang hendak dicapai dan berlangsung dalam suatu proses di dalam organisasi, baik organisasi besar maupun kecil.
Sejalan dengan pendapat Hadari tersebut, Poernomosidhi Hadjisarosa (1980;33) selanjutnya merinci faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan yang tidak dapat dilepaskan dari sifat kepemimpinan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Dapat menyelesaikan pekerjaar} melalui orang lain
a. harus menguasai bidang kerjanya (tanpa kecuali)
b. bersikap ulet
c. diimbangi dengan keluwesan
2. Melalui orang lain
a. mampu berorganisasi
b. mampu berkomunikasi
c. bersikap manusiawi
3. Dalam kerangka tanggungjawab
a. melakukan tanggungjawab secara proporsional
b. dapat dipercaya
c. berjiwa stabil
4. Disertai dengan kepribadian
a. dapat memelihara dan mengembangkan entusiasme
b. bersikap tanggap
c. dan tenang
5. Dan pengendalian ke dalam
a. bersikap obyektif
b. mampu mengkoreksi diri
c. merasa dapat diganti
6. Dengan keseimbangan dalam pertimbangan
a. keseimbangan antara keuletan dan pengertian
b. keseimbangan antara pengetahuan dan tindakan
c. kesimbangan antara kemajuan dan etika
7. Dan kelebihan dalam wawasan
a. dalam membawakan produktivitas kerja pegawai
b. dalam menjangkau gambaran masa depan
c. Ketangguhan dalam menghadapi tantangan berat
Menurut Teori Perilaku untuk menentukan faktor-faktor yang menentukan perilaku atau gaya kepemimpinan pada hakekatnya berhubungan dengan gaya pemimpin tersebut berhubungan dengan bawahan. Hubungan antara pemimpin dengan bawahan tersebut dapat bersifat (1) berorientasi pada tugas (task oriented sryle) dan (2) berorientasi pada bawahan (employee oriented style).
Selanjutnya yang dimaksud perilaku kepemimpinan dalam penelitian ini adalah sifat pemimpin, dan dari perilaku (gaya) pemimpin yang bersangkutan dalam mempengaruhi orang lain yang menjadi bawahannya untuk mencapai target atau sasaran perusahaan yang menjadi tanggungjawabnya
Untuk lebih mengarahkan tentang pengertian kepemimipinan yang dimaksud dalam penelitian ini, maka kiranya diperlukan suatu pengertian kepemimpinan pendidikan. Hal ini diharapkan dapat mempermudah untuk memahami secara mendalam dan lebih khusus mengenai kepemimpinan di bidang pendidikan. Tim dosen MKDK Pengelolaan Pendidikan ”Akdon” (1994: 102) mengemukakan tentang pengertian kepemimpinan pendidikan, yaitu :
Kepemimpinan pendidikan adalah suatu kualitas kegiatan-kegiatan dan integrasi di dalam situasi pendidikan. Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan dari seorang pemimpin pendidikan untuk mampu menggerakkan seluruh sumber daya pendidikan, baik sumberdaya manusia maupun non manusia untuk digerakkan, dibina, dan diarahkan dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya secara optimal sampai mampu mewujudkan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Faktor yang paling penting dalam kegiatan menggerakan orang lain untukk menunjukan kegiatan manajemen sekolah adalah kepemimpinan (leadership), sebab kepemimpinan yang menentukan arah dan tujuan, memberikan bimbingan dan menciptakan iklim kerja yang mendukung pelaksanaan proses manajemen kepala sekolah secara keseluruhan. Kesalahan dalam kepemimpinan dapat mengakibatkan gagalnya organisasi dalam menjalankan misinya. Selain itu, kepemimpinan kepala sekolah merupakan motor penggerak bagi sumber dan alat-alat (human resources), sehingga tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Keberhasilan kepala sekolah dalam melaksanakan kepemimpinannya bukan hanya ditentukan oleh tingkat keterampilan tehnik saja (technical skill), akan tetapi lebih banyak ditentukan oleh keahliannya dalam menggerakkan orang lain yang sering disebut dengan manajerial skills.
1. Adanya seseorang yang berfungsi memimpin, yang disebut pemimpin (leader).
2. Adanya orang lain yang dipimpin
3. Adanya kegiatan yang menggerakkan orang lain yang dilakukan dengan mempengaruhi dan pengarahkan perasaan, pikiran, dan tingkah lakunya
4. Adanya tujuan yang hendak dicapai dan berlangsung dalam suatu proses di dalam organisasi, baik organisasi besar maupun kecil.
Sejalan dengan pendapat Hadari tersebut, Poernomosidhi Hadjisarosa (1980;33) selanjutnya merinci faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kepemimpinan yang tidak dapat dilepaskan dari sifat kepemimpinan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut, adalah sebagai berikut:
1. Dapat menyelesaikan pekerjaar} melalui orang lain
a. harus menguasai bidang kerjanya (tanpa kecuali)
b. bersikap ulet
c. diimbangi dengan keluwesan
2. Melalui orang lain
a. mampu berorganisasi
b. mampu berkomunikasi
c. bersikap manusiawi
3. Dalam kerangka tanggungjawab
a. melakukan tanggungjawab secara proporsional
b. dapat dipercaya
c. berjiwa stabil
4. Disertai dengan kepribadian
a. dapat memelihara dan mengembangkan entusiasme
b. bersikap tanggap
c. dan tenang
5. Dan pengendalian ke dalam
a. bersikap obyektif
b. mampu mengkoreksi diri
c. merasa dapat diganti
6. Dengan keseimbangan dalam pertimbangan
a. keseimbangan antara keuletan dan pengertian
b. keseimbangan antara pengetahuan dan tindakan
c. kesimbangan antara kemajuan dan etika
7. Dan kelebihan dalam wawasan
a. dalam membawakan produktivitas kerja pegawai
b. dalam menjangkau gambaran masa depan
c. Ketangguhan dalam menghadapi tantangan berat
Menurut Teori Perilaku untuk menentukan faktor-faktor yang menentukan perilaku atau gaya kepemimpinan pada hakekatnya berhubungan dengan gaya pemimpin tersebut berhubungan dengan bawahan. Hubungan antara pemimpin dengan bawahan tersebut dapat bersifat (1) berorientasi pada tugas (task oriented sryle) dan (2) berorientasi pada bawahan (employee oriented style).
Selanjutnya yang dimaksud perilaku kepemimpinan dalam penelitian ini adalah sifat pemimpin, dan dari perilaku (gaya) pemimpin yang bersangkutan dalam mempengaruhi orang lain yang menjadi bawahannya untuk mencapai target atau sasaran perusahaan yang menjadi tanggungjawabnya
Untuk lebih mengarahkan tentang pengertian kepemimipinan yang dimaksud dalam penelitian ini, maka kiranya diperlukan suatu pengertian kepemimpinan pendidikan. Hal ini diharapkan dapat mempermudah untuk memahami secara mendalam dan lebih khusus mengenai kepemimpinan di bidang pendidikan. Tim dosen MKDK Pengelolaan Pendidikan ”Akdon” (1994: 102) mengemukakan tentang pengertian kepemimpinan pendidikan, yaitu :
Kepemimpinan pendidikan adalah suatu kualitas kegiatan-kegiatan dan integrasi di dalam situasi pendidikan. Kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakan pelaksanaan pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan pendidikan merupakan kemampuan dari seorang pemimpin pendidikan untuk mampu menggerakkan seluruh sumber daya pendidikan, baik sumberdaya manusia maupun non manusia untuk digerakkan, dibina, dan diarahkan dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya secara optimal sampai mampu mewujudkan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Faktor yang paling penting dalam kegiatan menggerakan orang lain untukk menunjukan kegiatan manajemen sekolah adalah kepemimpinan (leadership), sebab kepemimpinan yang menentukan arah dan tujuan, memberikan bimbingan dan menciptakan iklim kerja yang mendukung pelaksanaan proses manajemen kepala sekolah secara keseluruhan. Kesalahan dalam kepemimpinan dapat mengakibatkan gagalnya organisasi dalam menjalankan misinya. Selain itu, kepemimpinan kepala sekolah merupakan motor penggerak bagi sumber dan alat-alat (human resources), sehingga tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Keberhasilan kepala sekolah dalam melaksanakan kepemimpinannya bukan hanya ditentukan oleh tingkat keterampilan tehnik saja (technical skill), akan tetapi lebih banyak ditentukan oleh keahliannya dalam menggerakkan orang lain yang sering disebut dengan manajerial skills.
Tipologi kepemimpinan
Tipologi kepemimpinan disusun dengan titik tolak interaksi personal yang ada dalam kelompok . Tipe-tipe pemimpin dalam tipologi ini dapat dikelompokkan dalam kelompok tipe berdasarkan jenis-jenisnya antara lain:
1. Tipe Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:
· Mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi,
· Pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal,
· Berambisi untuk merajai situasi,
· Setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri,
· Bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan,
· Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi,
· Adanya sikap eksklusivisme,
· Selalu ingin berkuasa secara absolut,
· Sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku,
· Pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
2. Tipe Militeristis. Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut :
· Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya;
· Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan;
· Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan;
· Sukar menerima kritikan dari bawahannya;
· Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3. Tipe Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan ini lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan/keibuan dengan sifat-sifat sebagai berikut:
· mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan,
· mereka bersikap terlalu melindungi,
· mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri,
· mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif,
· mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri,
· selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
4. Tipe Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
5. Tipe Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
6. Tipe Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
1. Tipe Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:
· Mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi,
· Pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal,
· Berambisi untuk merajai situasi,
· Setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri,
· Bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan,
· Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi,
· Adanya sikap eksklusivisme,
· Selalu ingin berkuasa secara absolut,
· Sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku,
· Pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
2. Tipe Militeristis. Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut :
· Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya;
· Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan;
· Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan;
· Sukar menerima kritikan dari bawahannya;
· Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3. Tipe Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan ini lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan/keibuan dengan sifat-sifat sebagai berikut:
· mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan,
· mereka bersikap terlalu melindungi,
· mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri,
· mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif,
· mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri,
· selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
4. Tipe Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
5. Tipe Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
6. Tipe Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok. Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
Teori dan arti penting kepemimpinan
Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau dipacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui tiga aliran teori berikut ini
Teori Genetis (Keturunan), Inti dari teori menyatakan bahwa “Leader are born and nor made” (pemimpin itu dilahirkan bakat bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis.
Teori Sosial, Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “Leader are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
Teori Ekologis, Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Namun demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang baik.
Selain pendapat-pendapat yang menyatakan tentang timbulnya gaya kepemimpinan tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Bertolak dari pemikiran tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) mengajukan proposisi bahwa gaya kepemimpinan (k) merupakan suatu fungsi dari pimpinan (p), bawahan (b) dan situasi tertentu (s), yang dapat dinotasikan sebagai : k = f (p, b, s).
Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui tiga aliran teori berikut ini
Teori Genetis (Keturunan), Inti dari teori menyatakan bahwa “Leader are born and nor made” (pemimpin itu dilahirkan bakat bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis.
Teori Sosial, Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “Leader are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
Teori Ekologis, Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Namun demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang baik.
Selain pendapat-pendapat yang menyatakan tentang timbulnya gaya kepemimpinan tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Bertolak dari pemikiran tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) mengajukan proposisi bahwa gaya kepemimpinan (k) merupakan suatu fungsi dari pimpinan (p), bawahan (b) dan situasi tertentu (s), yang dapat dinotasikan sebagai : k = f (p, b, s).
Selasa, 04 Juni 2013
program menu pada C++
dibawah ini adalah program untuk menu :
#include <iostream.h>
#include <conio.h>
#include <stdio.h>
void main ()
{
clrscr ();
int pil;
mulai:
cout<<"---------- Menu ----------"<<"\n";
cout<<" 1. Biodata "<<"\n";
cout<<" 2. Bilangan ganjil genap "<<"\n";
cout<<" 3. Nilai ujian "<<"\n";
cout<<" 4. exit "<<"\n";
cout<<"masukkan pilihan anda [1..4] = ";cin>>pil;
switch (pil)
{
case 1:
{
clrscr ();
char nama[20],npm[10],kelas[10];
cout <<"masukkan nama : ";gets(nama);
cout <<"masukkan kelas : "; cin>>kelas;
cout <<"masukkan npm : ";cin>>npm;
cout <<"\nnama saya "<<nama<<" \nkelas saya "<<kelas<<" \nnpm saya "<<npm;
getch();
}
clrscr ();
goto mulai;
case 2:
{
clrscr ();
int a;
cout<<"masukkan angka : ";cin>>a;
if (a==0)
cout<<"bilangan nol";
else if (a % 2 == 0)
cout<<"bilangan genap";
else
cout<<"bilangan ganjil";
getch();
}
clrscr ();
goto mulai;
case 3:
{
clrscr ();
int uas,uts,akhir;
cout<<"masukkan nilai uts : ";cin>>uts;
cout<<"masukkan nilai uas : ";cin>>uas;
akhir = (uts * 0.7) + (uas * 0.3);
if (akhir >= 80 && akhir <= 100){
cout<<"Grade A";}
else if (akhir >= 70 && akhir < 80){
cout<<"Grade B";}
else if (akhir >= 60 && akhir < 70){
cout<<"Grade C";}
else if (akhir >= 50 && akhir < 60){
cout<<"Grade D";}
else if (akhir < 50){
cout<<"Grade E";}
else
cout<<"nilai lebih dari 100";
getch();
}
clrscr ();
goto mulai;
case 4:
{
cout<<"\n EXIT ";
getch ();
}
}
}
program menu ini terdiri dari biodata, bilangan ganjil genap dan nilai ujian
#include <iostream.h>
#include <conio.h>
#include <stdio.h>
void main ()
{
clrscr ();
int pil;
mulai:
cout<<"---------- Menu ----------"<<"\n";
cout<<" 1. Biodata "<<"\n";
cout<<" 2. Bilangan ganjil genap "<<"\n";
cout<<" 3. Nilai ujian "<<"\n";
cout<<" 4. exit "<<"\n";
cout<<"masukkan pilihan anda [1..4] = ";cin>>pil;
switch (pil)
{
case 1:
{
clrscr ();
char nama[20],npm[10],kelas[10];
cout <<"masukkan nama : ";gets(nama);
cout <<"masukkan kelas : "; cin>>kelas;
cout <<"masukkan npm : ";cin>>npm;
cout <<"\nnama saya "<<nama<<" \nkelas saya "<<kelas<<" \nnpm saya "<<npm;
getch();
}
clrscr ();
goto mulai;
case 2:
{
clrscr ();
int a;
cout<<"masukkan angka : ";cin>>a;
if (a==0)
cout<<"bilangan nol";
else if (a % 2 == 0)
cout<<"bilangan genap";
else
cout<<"bilangan ganjil";
getch();
}
clrscr ();
goto mulai;
case 3:
{
clrscr ();
int uas,uts,akhir;
cout<<"masukkan nilai uts : ";cin>>uts;
cout<<"masukkan nilai uas : ";cin>>uas;
akhir = (uts * 0.7) + (uas * 0.3);
if (akhir >= 80 && akhir <= 100){
cout<<"Grade A";}
else if (akhir >= 70 && akhir < 80){
cout<<"Grade B";}
else if (akhir >= 60 && akhir < 70){
cout<<"Grade C";}
else if (akhir >= 50 && akhir < 60){
cout<<"Grade D";}
else if (akhir < 50){
cout<<"Grade E";}
else
cout<<"nilai lebih dari 100";
getch();
}
clrscr ();
goto mulai;
case 4:
{
cout<<"\n EXIT ";
getch ();
}
}
}
program menu ini terdiri dari biodata, bilangan ganjil genap dan nilai ujian
program C++ untuk diskon
dibawah ini adalah program diskon pada C++
#include<iostream.h>
#include<conio.h>
void garis();
void disc();
float hasil,diskon,total,total2;
int jumlah,harga;
void main()
{
clrscr();
garis();
cout<<"\n\n\n";
disc();
}
void garis()
{
cout<<"--------------";
cout<<"Program Diskon";
cout<<"--------------";
cout<<"\nPress Enter";
getch();
clrscr();
}
void disc()
{
cout<<"Masukkan Harga Barang = ";cin>>harga;
cout<<"\nMasukkan Jumlah Barang = ";cin>>jumlah;
cout<<"\nMasukkan Diskon Barang = ";cin>>diskon;
total=harga*jumlah;
total2=total*diskon;
hasil=total-total2;
cout<<"\nHarga total barang = "<<total;
cout<<"\nPotongan harga = "<<total2;
cout<<"\nHarga Akhir = "<<hasil;
getch();
}
selamat mencoba :)
#include<iostream.h>
#include<conio.h>
void garis();
void disc();
float hasil,diskon,total,total2;
int jumlah,harga;
void main()
{
clrscr();
garis();
cout<<"\n\n\n";
disc();
}
void garis()
{
cout<<"--------------";
cout<<"Program Diskon";
cout<<"--------------";
cout<<"\nPress Enter";
getch();
clrscr();
}
void disc()
{
cout<<"Masukkan Harga Barang = ";cin>>harga;
cout<<"\nMasukkan Jumlah Barang = ";cin>>jumlah;
cout<<"\nMasukkan Diskon Barang = ";cin>>diskon;
total=harga*jumlah;
total2=total*diskon;
hasil=total-total2;
cout<<"\nHarga total barang = "<<total;
cout<<"\nPotongan harga = "<<total2;
cout<<"\nHarga Akhir = "<<hasil;
getch();
}
selamat mencoba :)
program C++ perhitungan
dibawah ini adalah program C++ untuk perhitungan bilangan :
#include <iostream.h>
#include <conio.h>
#include <stdio.h>
void main ()
{
clrscr();
int bil1, bil2, p, k, kl, bg, modu;
cout <<"masukkan bilangan pertama : ";cin>>bil1;
cout <<"masukkan bilangan ke dua : ";cin>>bil2;
p = bil1 + bil2;
k = bil1 - bil2;
kl = bil1 * bil2;
bg = bil1 / bil2;
modu = bil1 % bil2;
cout <<"\n------------------------";
cout <<"\nhasil jumlah : "<<p <<"\n";
cout <<"\nhasil selisih : "<<k <<"\n";
cout <<"\nhasil kali : "<<kl <<"\n";
cout <<"\nhasil bagi : "<<bg<<"\n";
cout <<"\nhasil sisa bagi : "<<modu <<"\n";
cout <<"\n------------------------";
getch ();
}
#include <iostream.h>
#include <conio.h>
#include <stdio.h>
void main ()
{
clrscr();
int bil1, bil2, p, k, kl, bg, modu;
cout <<"masukkan bilangan pertama : ";cin>>bil1;
cout <<"masukkan bilangan ke dua : ";cin>>bil2;
p = bil1 + bil2;
k = bil1 - bil2;
kl = bil1 * bil2;
bg = bil1 / bil2;
modu = bil1 % bil2;
cout <<"\n------------------------";
cout <<"\nhasil jumlah : "<<p <<"\n";
cout <<"\nhasil selisih : "<<k <<"\n";
cout <<"\nhasil kali : "<<kl <<"\n";
cout <<"\nhasil bagi : "<<bg<<"\n";
cout <<"\nhasil sisa bagi : "<<modu <<"\n";
cout <<"\n------------------------";
getch ();
}
Implikasi manajerial
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata Implikasi berarti akibat. Kata Implikasi sendiri dapat merujuk ke beberapa aspek yaitu salah satunya yang dibahas saat ini adalah manajerial atau manajemen
Dalam manajemen terdapat 2 implikasi yaitu :
1. Implikasi prosedural meliputi tata cara analisis, pilihan representasi, perencanaan kerja dan formulasi kebijakan
2. implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan.
Teori Managerial Grid
Dalam manajemen terdapat 2 implikasi yaitu :
1. Implikasi prosedural meliputi tata cara analisis, pilihan representasi, perencanaan kerja dan formulasi kebijakan
2. implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan perumusan tindakan.
Teori Managerial Grid
Teori dikemukakan oleh Robert K. Blake dan Jane S. Mouton yang membedakan dua dimensi dalam kepemimpinan, yaitu “concern for people” dan “concern for production”. Pada dasarnya teori managerial grid ini mengenal lima gaya kepemimpinan yang didasarkan atas dua aspek tersebut, yaitu :
- Improvised artinya pemimpin menggunakan usaha yang paling sedikit untuk menyelesaikan tugas tertentu dan hal ini dianggap cukup untuk mempertahankan organisasi.
- Country Club artinya kepemimpinann didasarkan kepada hubungan informal antara individu artinya perhatian akan kebutuhan individu dengan persahabatan dan menimbulkan suasana organisasi dan tempo kerja yang nyaman dan ramah.
- Team yaitu kepemimpinan yang didasarkan bahwa keberhasilan suatu organisasi tergantung kepada hasil kerja sejumlah individu yang penuh dengan pengabdian dan komitmen. Tekanan untama terletak pada kepemimpinan kelompok yang satu sama lain saling memerlukan. Dasar dari kepemimpinan kelompok ini adalah kepercayaan dan penghargaan.
- Task artinya pemimpin memandang efisiensi kerja sebagai factor utama keberhasilan organisasi. Penampilan terletak pada penampilan individu dalam organisasi.
- Midle Road artinya kepemimpinan yang menekankan pada tingkat keseimbangan antara tugas dan hubungan manusiawi , dengan kata lain kinerja organisasi yang mencukupi dimungkinkan melalui penyeimbangan kebutuhan untuk bekerja dengan memelihara moral individu pada tingkat yang memuaskan.
- Implikasi Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi
Dalam teori manajerial grid terdapat dua orientasi yang dijadikan ukuran yaitu berfokus pada manusia dan pada tugas. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya hubungan antar individu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepada bawahan. Sebagai seorang pemimpin, bertugas memberikan arahan serta bimbingan terhadap bawahannya, sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Implikasi teori ini terhadap system komunikasi organisasi adalah bahwa teori ini memandang pentingnya komunikasi dalam menjalankan kepemimpinan dengan lima gaya yang berbeda dari para pemimpin. Adanya orientasi terhadap dua aspek tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam organisasi harus memperhatikan hubungan antar individu satu dengan lainnya sebagai motivasi dalam mengerjakan tugas. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu terjun diberbagai kalangan baik itu dengan para pimpinan lainnya, maupun dengan bawahan sebagai asset berharga organisasi. Semua ini terjalin apbila pemimpin tersebut memiliki pendekatan perilaku yang baik. Hal ini membutuhkan komunikasi yang efektif.
Menurut Blake dan Mouton, gaya kepemimpinan team merupakan gaya kepemimpinan yang paling disukai. Kepemimpinan gaya ini berdasarkan integrasi dari dua kepentingan yaitu pekerjaan dan manusia. Pada umumnya, kepemimpinan gaya team berasumsi bahwa orang akan menghasilkan sesuatu apabila mereka memperoleh kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang berarti. Selain itu, dalam kepemimpinan gaya team terdapat kesepkatan untuk melibatkan anggota organisasi dalam pengambilan keputusan dengan maksud mempergunakan kemampuan mereka untuk memperoleh hasil yang terbaik yang mungkin dapat dicapai.
Teori X dan Y
Teori ini dikemukakan oleh Douglas Mc. Gregor (1967), yang memiliki pandangan berbeda mengenai manusia yaitu pada dasarnya manusia bersifat negative (Teori X), dan bersifat positif (Teori Y). Mc. Gregor menyimpulkan bahwa pandangan seorang manajer tentang sifat manusia didasarkan pada pengelompkkkan asumsi tertentu dan manajer tersebut cenderung membentuk perilakunya terhadap bawahan sesuai dengan asumsi tersebut. Dalam teori X, terdapat empat asumsi, diantaranya :
- Bawahan tidak suka bekerja dan bilamana mungkin, akan berusaha menghindarinya
- Karena bawahan tidak suka bekerja, mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman
- Bawahan akan mengellakkan tanggung jawab dan sedapat mungkin hanya mengikuti perintah formal
- Kebanyakan bawahan mengutamakan rasa aman (agar tidak ada alasan untuk dipecat) dan hanya menunjukkan sedikit ambisi
Sedangkan, dalam teori X diasumsikan bahwa :
- Bawahan memandang bahwa pekerjaan sama alamiahnya dengan istirahat dan bermain
- Seseorang yang memiliki komitmen pada tujuan akan melakukan pengarahan dan pengendalian diri
- Seseorang yang biasa-biasa saja dapat belajar untuk menerima, bahkan mencari tanggung jawab
- Kreativitas yaitu kemampuan untuk membuat keputusan yang baik (pendelegasian wewenang dan tanggung jawab)
- Impilkasi Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi
Teori ini memusatkan bagaimana seorang pemimpin memotivasi orang-orang dengan tipe X dan Y sehingga mampu berkontribusi dalam organisasi. Tipe X yang cenderung malas bekerja dan menyukai diperintah, mungkin akan membuthkan saluran komunikasi yang formal, dimana pemimpin menginstruksikan berbagai perintah secara formal. Berbeda dengan tipe Y, antara pemimpin dengan bawahan akan lebih sering berkomunikasi secara informal atau partisipatif. Hal ini dilakukan karena kedua belah pihak sudah saling memahami dan bawahan memiliki pengalaman yang sudah baik.
Motivasi yang diberikan kepada tipe X, mungkin akan cenderung dengan oemberian hukuman yang tegas, sehingag berbagai peraturan tertulis sebagai media komunikasi akan sangat dibutuhkan. Sedangkan untuk tipe X, komunikasi akan sangat mempengaruhi karena motivasi yang diberikan lebih cenderung kepada aktualisasi diri untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan atau kebijakan dalam organisasi.
Teori Kepemimpinan Situasional
Teori ini dikembangkan oleh Paul Hersey dan Keneth H. Blanchard (1974, 1977). Teori kepemimpinan situasional merupakan pengembangan dari penelitian kepemimpinan yang diselesaikan di Ohio State University (Stogdill dan Coons, 1957). Teori ini bersaumsi bahwa pemimpin yang efektif tergantung pada kematangan bawahan dan kemapuan pemimpin untuk menyelesaikan orientasinya, baik orientasi tugas maupun hubungan kemanusiaan. Taraf kematangan bawahan terentang dalam satu kontinum dari immatery ke maturity. Semakin dewasa bawahan, semakin matang individu atau kelompok untuk melakukan tugas atau hubungan. Dalam kepemimpinan situasional ini, Hersey dan Blanchard mengemukakan empat gaya kepemimpinan sebagai berikut :
- Telling (S1), yaitu perilaku pemimpin dengan tugas tinggi dan tugas rendah. Gaya ini mempunyai ciri komunikasi satu arah, dimana pemimpin yang berperan.
- Selling (S2), perilaku dengan tigas tinggi dan hubungan tinggi. Kebanyakan pengarahan masih dilakukan oleh pemimpin, tetapi sudah mencoba komunikasi dua arah dengan dukungan sosioemosional supaya bawahan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan.
- Participating (S3), yaitu perilaku hubungan tinggi tugas rendah. Pemimpin dan bawahan sama-sama memberikan kontribusi dalam mengambil keputusan melalui komunikasi dua arah dan yang dipimpin cukup mampu dan berpengalaman untuk melaksanakan tugas.
- Delegating (S4), yaitu perilaku hubungan dan tugas rendah. Gaya ini memberikan kesempatan kepada yang dipimpin untuk melaksanakan tugas mereka sendiri melalui pendelegasian dan supervise yang bersifat umum. Yang dipimpin adalah orang yang sudahj matang dalam melaksanakan tugas dan matang pula secara psikologis.
- Implikasi Partisipatif dan Teori Kepemimpinan Situasional Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi
Dalam system komunikasi organisasi, partisipatif telah menggunakan komunikasi dua arah, yaitu system atau pola komunikasi yang akan menghasilkan umpan balik secara langsung dari komunikan untuk dijadikan evaluasi. Pemimpin akan sering berkomunikasi dengan bawahan dalam merumuskan hal-hal yang dapat dirumuskan dengan bawahan. Hal ini menunjukkan bahwa komuniksai harus berfungsi juga sebagai persuatif dan regulative. Kepemimpinan situasional memungkinkan seorang pemimpin melaksanakan kepemimpinannya sesuai dengan kondisi yang terjadi. Untuk komunikasi satu arah seperti Telling, mengharuskan pemimpin untuk lebih banyak mengarahkan, hal ini dilakukan agar tugas yang dilaksanakan sesuai dengan alur atau tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi satu arah akan mengalami kesulitan dalam menerima umpan balik sebagai evaluasi bagi organisasi. Terkadang dengan komunikasi satu arah, kondisi kerja akan terasa kaku karena bersifat formal.
Dalam kepemimpinan situsional yang dikembangkan menjadi empat bagian, membutuhkan komunikasi karena pada dasarnya kepemimpinan mempengaruhi orang. Dalam kepemimpinn ini, Delegating dengan tugas dan perilaku yang rendah menjdi aspek yang paling disukai apabila bawahan memiliki tingkat kesiapan yang tinggi, karena ada kebebasan dan kepercayaan dari pemimpin untuk berpartisipasi.
Langganan:
Komentar (Atom)